Pendidikan seni berperan penting untuk perkembangan belahan otak bagian kanan
Banyak
masyarakat kita (para orang tua) yang menganggap bahwa pelajaran seni
khususnya seni rupa, bukanlah pelajaran penting. Apalagi bila ditinjau
dari segi ekonomisnya. Karena pelajaran seni rupa selalu dihentikan
dengan biaya yang besar. Sementara di pihak lain secara praktis
pendidikan seni rupa dianggap tidak menghasilkan keuntungan material
yang memadai.
Ditambah lagi tentang pengalaman berkesenian
seseorang yang tidak memberikan jaminan apa-apa secara material. Tidak
bisa kita pungkiri, bahwa kehidupan seorang seniman tidak menjamin
kemapanan secara materi. Banyak seniman yang punya nama besar, tetapi
tetapi tetap hidup miskin. Sehingga banyak orang tua yang melarang
anaknya untuk menjadi seniman. Kecuali jika hanya sebagai hobi
Sementara
bagi siswa sendiri pelajaran seni rupa adalah suatu yang harus
diiringi dengan bakat. Jika tidak berbakat bagaimanapun cara belajarnya
hasilnya tetap tidak akan bagus.
Dewasa ini diberbagai sekolah
jam pelajaran untuk berkesinambungan diperkecil. Bahkan di beberapa
sekolah unggul ada yang sudah dihapuskan sama sekali. Padahal menurut
Prof. Ramesh Ganta (Kakatia University) “Bahwa bangsa yang menggusur
pendidikan seni dari kurikulum sekolahnya akan menghasilkan generasi
yang berbudaya kekerasan di masa depan, karena kehilangan kepekaan untuk
membedakan nuansa baik dan nuansa buruk” (Disampaikan pada kongres
international society for education through art di Asia Pasifik tahun
1994).
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Paris, bila
diteliti silabus pelajarannya ada mata pelajaran yang membantu anak
lebih banyak mengetahui tentang seni : yaitu art dan mitologi.
Anak-anak di sana tidak hanya tahu tentang keindahan sebuah lukisan
yang terpajang tetapi juga mengetahui latar belakang pelukisnya atau
perspektif sejarah ketika lukisan itu digoreskan di atas kanvas. Hal
inilah barangkali yang membuat orang-orang Amerika mempunyai apresiasi
yang cukup tinggi. Sejak kecil mereka dididik untuk mencintai museum
dan karya seni.
Nah cobalah tanya anak-anak pelajar yang ada di
sekitar kita, dalam setahun berapa kali sudah mengunjungi museum? Atau
sudah berapa kalikah kita membawa anak ke museum dan pameran seni rupa?
Atau bila lebih jeli, silahkan intip kurikulum sekolah anak kita,
adakah di dalamnya terselip study ke museum? Mengunjungi pameran
lukisan dan patung? Menghadiri pementasan teater? Menikmati musik
daerah? Saluang atau Gamad atau Rabab dan Randai?
Harus kita akui
dan perlu kita sadari bersama bahwa operasi seni dan budaya adalah
salah satu elemen yang memperhalus karakteristik seseorang. Dilandasi
kenyataan tersebut sangat penting artinya memberikan pendidikan seni
rupa terhadap tumbuh kembang anak antara lain :
- Pendidikan seni rupa mampu memberikan kebebasan tanpa paksaan dalam pengalaman batin anak.
- Pendidikan seni rupa merupakan pendidikan ekspresi sebagai upaya pencerdasan anak dalam membentuk mental yang sehat jasmani dan rohani, berdisiplin penuh tanggung jawab, kritis bijaksana, berbudaya dan memiliki perasaan halus terhadap berbagai persoalan yang lahir di sekitarnya.
- Pendidikan seni rupa mampu menghidupkan fantasi, melatih ketangkasan berfikir diiringi ketajaman penghayatan terhadap alam sekitar serta lingkungan dimana anak-anak berada.
- Pendidikan seni rupa mampu mendatangkan jiwa dan raga anak-anak hingga kelak mencintai daerahnya dengan dilandasi nilai estetis dan artistik.
Lesunya berbagai
cabang seni budaya luhur kita antara lain, karena absennya apresiasi
masyarakat terhadap seni. Mungkin saja cara pengajaran dan pendidikan
seni budaya kita baru sampai pada permukaan, belum menukik ke inti,
yang membuat masyarakat kita memberikan penghargaan tinggi pada karya
seni dan budaya kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar